Pencegahan Stunting Pada Balita

Pencegahan Stunting Pada Balita

Oleh: Yuda Ferdiana, Program Studi Sarjana 1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya

Pendahuluan
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan baru terlihat pada anak berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya akibat kekurangan nutrisi dalam jangka waktu panjang. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak selama masa pertumbuhannya.

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tidak hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang berpengaruh pada kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar pertumbuhan yang seharusnya. Banyak orang menganggap bahwa anak yang bertubuh pendek disebabkan oleh faktor genetik, padahal genetika hanya berperan sedikit dalam kondisi kesehatan anak. Anak yang bertubuh pendek belum tentu mengalami stunting. Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami stunting dan yang tidak.

Penyebab Stunting pada Anak
Stunting adalah masalah kesehatan serius yang tidak boleh dianggap sepele. Penyebab utama stunting pada anak, terutama pada dua tahun pertama kehidupan, adalah kekurangan gizi kronis atau kekurangan gizi dalam jangka waktu panjang. Beberapa faktor penyebab stunting meliputi:

  1. Gizi buruk saat hamil
    Penyebab stunting pada anak sering kali berkaitan dengan status gizi ibu hamil yang buruk. Kekurangan gizi pada ibu akan menghambat pertumbuhan janin dan berlanjut setelah kelahiran, menjadi penyebab stunting pada anak.

  2. Anemia pada masa kehamilan
    Anemia defisiensi besi adalah kondisi yang serius yang terjadi ketika ibu hamil kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat menghambat pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko kelahiran prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah, yang keduanya berisiko menyebabkan stunting.

  3. Tidak mendapat ASI eksklusif
    Salah satu penyebab stunting adalah anak yang tidak mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI mengandung zat gizi yang lengkap dan mudah diserap tubuh, serta mengandung sel darah putih yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.

  4. Anak kurang nutrisi saat MPASI
    Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stunting. Salah satu zat gizi yang sering kurang pada MPASI adalah protein hewani (daging merah, ayam, ikan, telur), yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan fisik anak.

  5. Sanitasi buruk
    Lingkungan yang tidak bersih dan kurangnya akses terhadap air bersih dapat meningkatkan risiko infeksi berulang pada anak, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.

  6. Diare berulang
    Diare yang terjadi berulang kali, terutama pada anak-anak di bawah usia 2 tahun, dapat mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan stunting. Diare akut yang berlangsung lebih dari 7-14 hari dan diare kronis (lebih dari dua minggu) berisiko menyebabkan stunting.

  7. Tidak mematuhi jadwal imunisasi
    Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap memiliki sistem imun yang lebih lemah dan lebih rentan terhadap penyakit. Ini bisa menghambat pertumbuhannya, bahkan menyebabkan stunting.

  8. Bayi prematur
    Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting. Bayi prematur memerlukan intervensi gizi, baik gizi mikro maupun makro, serta ASI eksklusif untuk mendukung pertumbuhannya.

  9. Praktik pengasuhan kurang baik
    Praktik pengasuhan yang kurang tepat, seperti ketidaktahuan ibu mengenai gizi anak, dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian makanan, baik dalam pemberian ASI, MPASI, maupun kebersihan lingkungan.

  10. Kemiskinan
    Kemiskinan menjadi faktor penyebab stunting yang signifikan, karena keluarga miskin seringkali kesulitan menyediakan asupan gizi yang cukup untuk anak mereka. Anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan juga berisiko mengalami stunting yang berlanjut hingga dewasa.

Faktor Risiko Stunting
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko stunting antara lain:

  • IUGR (Intrauterine Growth Restriction), yaitu terhambatnya pertumbuhan janin akibat kekurangan nutrisi dalam kandungan.
  • Orang tua dengan perawakan pendek.
  • Berat badan stagnan selama kehamilan.
  • Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah.
  • Pemberian makanan pendamping ASI yang kurang bergizi.
  • Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
  • Tinggal di lingkungan dengan akses terbatas terhadap air bersih.

Pada anak, faktor risiko stunting semakin tinggi jika:

  • Anak ditelantarkan oleh orang tua.
  • Anak tidak mendapatkan ASI eksklusif.
  • Anak menderita penyakit TBC, anemia, atau penyakit jantung bawaan.

Ciri-Ciri Anak Stunting
Beberapa ciri yang umum pada anak stunting meliputi:

  1. Berat badan rendah
    Anak stunting memiliki berat badan yang lebih rendah dari anak seusianya.

  2. Pertumbuhan tulang terhambat
    Anak stunting memiliki tulang yang berkembang lebih lambat dan terlihat lebih pendek.

  3. Mudah terpapar penyakit
    Anak stunting cenderung memiliki sistem imun yang lemah, sehingga sering sakit.

  4. Gangguan belajar
    Anak stunting kesulitan dalam belajar, sulit berkonsentrasi, dan memiliki nilai yang rendah di sekolah.

  5. Gangguan tumbuh kembang
    Selain terhambat dalam pertumbuhan fisik, anak stunting juga mengalami gangguan dalam perkembangan motorik halus dan kasar, serta perkembangan kognitif.

  6. Postur tubuh pendek
    Anak stunting memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan teman sebaya mereka.

Pencegahan Stunting pada Anak
Stunting harus dicegah sejak dini karena dampaknya akan berlanjut hingga anak dewasa. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pemberian pola asuh yang tepat
  • Memberikan MPASI yang optimal
  • Mengobati penyakit yang diderita anak
  • Perbaikan kebersihan lingkungan
  • Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam keluarga

Untuk memudahkan mengingatnya, pencegahan stunting dapat diingat dengan ABCDE:

  • A: Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
  • B: Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
  • C: Cukupi konsumsi protein hewani
  • D: Datang ke Posyandu setiap bulan
  • E: Eksklusif ASI selama 6 bulan

Pengobatan Stunting
Penanganan stunting mencakup:

  • Mengobati penyakit penyebabnya (misalnya, pemberian obat antituberkulosis bagi anak penderita TBC)
  • Memberikan nutrisi tambahan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori
  • Memberikan suplemen seperti vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan yodium
  • Meningkatkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Referensi: