Cegah Stunting, Selamatkan Masa Depan Anak Bangsa!

Cegah Stunting, Selamatkan Masa Depan Anak Bangsa!

Oleh: Bilda Yadika Rabbani, Program Studi Sarjana 1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya

Stunting, atau kondisi tubuh yang pendek, merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu lama, akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat dimulai sejak janin masih dalam kandungan dan baru terlihat pada anak usia dua tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Stunting menjadi masalah kesehatan serius yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Indonesia tercatat 21,6%. Meskipun ada penurunan dari tahun 2021 yang sebesar 24,4%, Indonesia masih membutuhkan upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 menjadi 14%.

Stunting dapat terjadi sejak sebelum kelahiran, dan hal ini terlihat dari data prevalensi stunting berdasarkan kelompok usia. Hasil SSGI 2022 menunjukkan bahwa 18,5% bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm. Selain itu, risiko stunting meningkat 1,6 kali lipat dari kelompok usia 6–11 bulan ke kelompok usia 12–23 bulan (13,7% ke 22,4%). Hal ini menunjukkan adanya "kegagalan" dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak usia 6 bulan. Oleh karena itu, pemenuhan kecukupan energi dan protein pada anak sangat penting untuk mencegah stunting.

Ciri-ciri Anak Stunting

Stunting pada anak dapat dikenali dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

  • Tinggi dan berat badan lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya
  • Rentan mengalami gangguan pada tulang
  • Mengalami gangguan tumbuh kembang
  • Rentan mengalami gangguan kesehatan
  • Terlihat lemas terus menerus
  • Anak kurang aktif pada usia yang seharusnya

Penyebab Stunting pada Anak

Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, yang terjadi sejak masa janin dalam kandungan hingga awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebab utama stunting meliputi:

  • Rendahnya asupan vitamin, mineral, serta keragaman pangan dan sumber protein hewani
  • Pola asuh yang kurang baik, terutama dalam praktik pemberian makan kepada anak
  • Ibu dengan status gizi buruk sejak remaja, selama kehamilan, dan masa laktasi, yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan otak anak
  • Infeksi pada ibu, kehamilan pada usia remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang terlalu pendek, dan hipertensi
  • Akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih juga berkontribusi pada stunting

Dampak Stunting pada Anak

Stunting dapat memperlambat perkembangan otak anak, yang berdampak jangka panjang, seperti:

  • Keterbelakangan mental
  • Rendahnya kemampuan belajar
  • Meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas

Penanganan Stunting pada Anak

Untuk mencegah dampak stunting jangka panjang, sejumlah penanganan yang dapat diterapkan antara lain:

  • Memastikan kebutuhan gizi anak tercukupi, seperti protein hewani, lemak, kalori, vitamin A, kalsium, zat besi, zinc, dan yodium
  • Mengobati penyakit yang meningkatkan risiko stunting, misalnya pengobatan tuberkulosis untuk penderita TBC
  • Keluarga dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kualitas sanitasi di rumah

Upaya Pencegahan Stunting

Selain penanganan, pencegahan stunting juga sangat penting untuk diterapkan, antara lain dengan cara:

  • Memastikan asupan gizi ibu tercukupi sebelum dan selama kehamilan
  • Memberikan ASI eksklusif dan MPASI yang tepat
  • Memberikan imunisasi lengkap untuk anak
  • Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan untuk memantau kehamilan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir
  • Melakukan pemeriksaan berkala mengenai tinggi badan, berat badan, dan tumbuh kembang anak ke dokter atau posyandu
  • Menerapkan pola hidup sehat dan menjaga sanitasi di rumah
  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Intervensi Stunting

Terdapat dua jenis intervensi untuk mengatasi stunting: intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

  1. Intervensi Spesifik Stunting: Bertujuan untuk mengatasi penyebab langsung stunting, antara lain:

    • Pemeriksaan kesehatan untuk remaja putri sebelum hamil, termasuk skrining anemia
    • Pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri sebelum hamil
    • Pemeriksaan kehamilan, termasuk antenatal care (ANC) dan USG
    • Pemberian TTD untuk ibu hamil
    • Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK)
    • Pemantauan tumbuh kembang balita, termasuk penimbangan dan pengukuran panjang badan
    • Pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
    • Pemberian makanan tambahan protein hewani untuk balita usia 12–32 bulan
  2. Intervensi Sensitif Stunting: Berfokus pada faktor tidak langsung yang mempengaruhi stunting, seperti:

    • Penyediaan air minum dan sanitasi yang layak
    • Pelayanan gizi dan kesehatan, seperti program keluarga berencana (KB), jaminan kesehatan nasional (JKN), dan program keluarga harapan (PKH)
    • Peningkatan kesadaran tentang pola asuh dan gizi
    • Peningkatan akses pangan bergizi

Intervensi sensitif berkontribusi sekitar 70% dalam penanggulangan stunting, sementara intervensi spesifik berkontribusi 30%.

Referensi: