ANEMIA IBU HAMIL DAPAT SEBABKAN STUNTING PADA BALITA

ANEMIA IBU HAMIL DAPAT SEBABKAN STUNTING PADA BALITA


Prevalensi Anemia di Indonesia

Kejadian anemia di Dunia menduduki urutan ketiga dengan prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu sebesar 74%. Menurut World Health Organization (WHO) 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia mencapai sekitar 41,8% dan perkiraan prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia sebesar 48,2%. Indonesia menempati urutan ke-8 dari 11 negara di Asia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2020 menyatakan bahwa di Indonesia sebesar 48,9% ibu hamil mengalami anemia. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu hamil terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun. Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “Potensial Danger to Mother and Child” artinya memberikan potensi membahayakan ibu dan anak. Oleh karena itu anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan1,2.

Kematian yang disebabkan anemia pada ibu hamil sebanyak 40% di Negara berkembang yang disebabkan oleh defisisneis besi dan perdarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan oleh kurangnya atau rendahnya ketersediaan zat besi, asam folat dan vitamin B12 di dalam tubuh ibu hamil. World Health Organization (WHO) melaporkan 33-75% prevalensi ibu hamil mengalami anemia defisiensi besi dan akan semakin meningkat 30-40% seiring bertambahnya usia kehamilan. Kelainan ini ditandai oleh serum iron (SI) menurun, total iron binding capacity (TIBC) meningkat, saturasi transferin menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negatif dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi3.

Apa itu Anemia?

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu hamil dan janin menjadi berkurang. Anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia defisiensi besi pada saat kehamilan merupakan kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin (Hb) di bawah 11 gr/dl4. Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklampsia. Di masyarakat anemia sering disebut sebagai penyakit kurang darah sehingga tablet besi sering disebut juga sebagai tablet tambah darah1.


Apa saja tanda dan gejala anemia?

Gejala umum yang biasa dirasakan oleh ibu dengan anemia, diantaranya: 1) rasa cepat lelah, 2) sering pusing, 3) mata berkunang-kunang, 4) lidah terluka, 5) nafsu makan turun, 6) konsentrasi hilang, 7) nafas pendek dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. Sedangkan tanda-tanda anemia pada ibu hamil diantaranya; 1) terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan, 2) adanya peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada adarah, 3) pusing akibat kurangnya darah ke otak, 4) terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan rangka, 5) kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi, 6) mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat, 7) penurunan kualitas rambut dan kulit5.

Apa saja penyebab Anemia?

Di negara berkembang salah satunya Indonesia anemia banyak disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12. Anemia sering disebabkan oleh kondisi kekurangan zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom mikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Zat besi sangat penting dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin, protein yang mengangkut oksigen dalam sel darah merah. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat hingga 800 mg untuk mendukung pertumbuhan janin dan peningkatan volume darah ibu. Banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan cukup zat besi dari makanan, sehingga berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi. Asam folat dan vitamin B12 juga berperan dalam produksi sel darah merah. Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang atau malabsorpsi, sedangkan kekurangan vitamin B12 sering terjadi pada ibu yang tidak mengonsumsi produk hewani. Kedua kekurangan ini dapat menyebabkan anemia hipoproliferatif, dimana tubuh tidak memproduksi cukup sel darah merah3.

Apakah anemia menyebabkan stunting pada anak?

Anemia memberikan dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandung. Anemia merupakan penyebab penting yang melatar belakangi kejadian morbiditas dan mortalitas ibu pada periode hamil, melahirkan dan nifas. Ibu yang mengalami anemia memiliki risiko mengalami perdarahan saat melahirkan dan nifas yang dapat menyebabkan kematian ibu. Selain itu anemia yang dialami oleh ibu hamil akan berdampak terhadap pertumbuhan janin di dalam kandungan, sehingga janin mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan mengakibatkan lahir dengan kondisi berat badan dibawah batasan normal atau disebut dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Ketersediaan besi sistemik selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Ketika besi tidak tercukupi dan terjadi anemia, maka akan terjadi gangguan transport oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan dalah rahim. Pertumbuhan dalam rahim yang tidak optimal, akan menyebabkan stunting pada bayi setelah lahir6.

Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil?

Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan seperti daging, ikan, hati, telur, sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan padi-padian8. Selain itu suplementasi tabel Fe sangat penting untuk semua ibu hamil. Pemerintah mengeluarkan kebijakan nasional untuk suplementasi tablet tambah darah (TTD) dengan menganjurkan semua wanita hamil (tanpa melihat status anemia) untuk mengonsumsi satu tablet setiap hari selama setidaknya 90 hari selama kehamilan. Jika anemia terdeteksi melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, TTD harus dikonsumsi dua kali sehari sampai kadar hemoglobin mencapai tingkat normal (≥11 g/dL)9.

Suplementasi tablet Fe merupakan salah satu program pemerintah bagi ibu hamil sebagai cara untuk mencegah terjadinya anemia selama kehamilan. Pemberian preparat besi (Fe) 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 μg, minimal masing-masing 90 tablet. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi table Fe adalah hindari mengonsumsi tablet Fe bersamaan dengan air teh dan kopi karena kedua minuman tersebut mengandung tannin yang dapat menghambat penyerapan zat besi1.

Tabelt zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembekuan sel darah merah atau hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Maka, jika makanan yang ibu hamil konsumsi kurang mengandung zat besi, maka ibu hamil akan mengalami kekurangan zat besi tersebut, sehingga menyebabkan anemia gizi. Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk mioglobin, yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim, dan kolagen. Selain itu, zat besi juga berperan bagi ketahanan tubuh. Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk mioglobin, yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim, dan kolagen. Selain itu, zat besi juga berperan bagi ketahanan tubuh.


Refrensi

  1. Dai, N. F. (2021). Anemia pada ibu hamil. Penerbit Nem.

  2. Wahyuningsih, E., Hartati, L., & Puspita, W. D. (2023). Analisis Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Professional Health Journal4(2), 303-313.

  3. Sulaiman, M. H., Flora, R., Zulkarnain, M., Yuliana, I., & Tanjung, R. (2022). Defisiensi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Journal of Telenursing (JOTING)4(1), 11-19.

  4. Hidayanti, L., & Rahfiludin, M. Z. (2020). Dampak anemi defisiensi besi pada kehamilan: A literature review. Gaster18(1), 50-64.

  5. Astuti, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam kehamilan. Pustaka Abadi

  6. Pratiwi, L., KM, M., Yane Liswanti, M., Nawangsari, H., ST, S., Keb, M., ... & Ners, H. F. (2022). Anemia Pada Ibu Hamil. CV Jejak (Jejak Publisher).

  7. Pasalina, P. E., Ihsan, H. F., & Devita, H. (2023). Hubungan Riwayat Anemia Kehamilan dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kesehatan12(2), 267-279.

  8. Minasi, A., Susaldi, S., Nurhalimah, I., Imas, N., Gresica, S., & Candra, Y. (2021). Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Open Access Jakarta Journal of Health Sciences1(2), 57-63.

  9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan United nation Children’s Fund. 2023. Gizi Ibu di Indonesia: Analisis Lanskap dan rekomendasi. Jakarta: UNICEF