Langkah Kecil dengan Dampak Besar untuk Masa Depan Generasi
(Mencegah Stunting pada Bayi dan Balita)
Latar Belakang
Stunting adalah masalah utama kesehatan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang jauh lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Lebih dari sekadar masalah fisik, stunting berdampak signifikan pada perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa dewasa.
Berdasarkan Riskesdas 2022, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%, yang berarti 1 dari 5 anak di Indonesia mengalami kondisi ini. Angka tersebut masih jauh dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu prevalensi di bawah 20%. Proporsi balita stunting di Indonesia telah menurun secara perlahan. Namun, pada tahun 2018, tercatat 30,8% balita stunting, yang menurut WHO tergolong sangat tinggi (>30%). Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2019, 2021, dan 2022 menunjukkan tren penurunan balita stunting dari 27,7% menjadi 24,4%, kemudian 21,6%. Penurunan rata-rata tahunan balita stunting ini perlu mendapat akselerasi untuk mencapai target penurunan prevalensi sebesar 14% pada tahun 2024, seperti yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia.
Balita terindikasi stunting jika tinggi badan mereka terhadap usia berada di atas dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO untuk usia dan jenis kelamin yang sama. Hasil riset menunjukkan bahwa praktik pengasuhan anak yang tidak tepat pada masa kritis, yaitu 6–23 bulan, meningkatkan risiko terjadinya stunting hingga 42% saat mereka mencapai usia 24–35 bulan.
Mengatasi stunting membutuhkan pendekatan komprehensif mulai dari masa kehamilan hingga usia balita, mencakup pemberian nutrisi yang cukup, pola asuh yang benar, dan lingkungan yang sehat. Berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, memiliki peran penting dalam menekan angka stunting.
Pemaparan dari Sumber Referensi Ilmiah
Pentingnya Nutrisi Seimbang pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Faktor Risiko Gizi Ibu Hamil
Menurut penelitian oleh WHO (2021), kurangnya asupan gizi selama kehamilan adalah penyebab utama bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Ibu hamil membutuhkan asupan kalori tambahan serta mikronutrien penting seperti zat besi, asam folat, kalsium, dan protein.Dampak Kekurangan Nutrisi pada Janin
Janin yang kekurangan nutrisi berisiko mengalami keterlambatan pertumbuhan intrauterin (IUGR), yang menjadi salah satu penyebab stunting. Selain itu, kekurangan asupan gizi selama kehamilan juga meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia.Solusi
- Memberikan edukasi kepada ibu hamil tentang makanan bergizi.
- Suplementasi zat besi dan asam folat, sesuai rekomendasi WHO.
- Konsumsi makanan kaya protein seperti ikan, daging tanpa lemak, dan kacang-kacangan.
ASI Eksklusif dan MPASI yang Tepat
Manfaat ASI Eksklusif
ASI mengandung nutrisi lengkap yang mendukung pertumbuhan bayi. Sebuah studi dari The Lancet (2018) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat mengurangi risiko stunting hingga 13%.Pentingnya MPASI yang Tepat
Setelah usia 6 bulan, bayi membutuhkan MPASI untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi tambahan. MPASI yang kurang bervariasi dan tidak bergizi sering kali menjadi penyebab stunting.Tips Pemberian MPASI
- Pastikan makanan kaya protein, vitamin, dan mineral (seperti telur, ikan, sayuran hijau).
- Hindari pemberian makanan instan yang tinggi gula atau garam.
- Lakukan praktik pemberian makan responsif, yaitu memberikan makanan sambil memperhatikan sinyal lapar atau kenyang anak.