Hambatan Stunting terhadap Indonesia Emas 2045

Hambatan Stunting terhadap Indonesia Emas 2045
Oleh: Galih Galistan Tirtana, Program Studi Sarjana 1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya

Pendahuluan
Masalah kesehatan yang terus berkembang tanpa bisa diprediksi mendorong negara-negara di dunia berlomba-lomba mengantisipasinya. Berbagai cara dan upaya dilakukan agar masyarakat dapat terhindar dari masalah kesehatan yang merugikan dan agar tetap sehat, produktif, serta memiliki kualitas hidup yang baik. Setiap negara tentu menginginkan masyarakat yang sehat, dan "sehat" bukan hanya terkait dengan kondisi fisik, tetapi juga mencakup aspek mental dan sosial, sebagaimana definisi yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius di seluruh dunia adalah stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak yang mengalami stunting akan mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka di masa depan (United Nations Children’s Fund, 2004).

Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masalah gizi yang buruk selama masa kehamilan dan masa pertumbuhan anak. Anak yang mengalami stunting berisiko tinggi untuk mengalami penyakit dan kematian lebih dini (WHO, 2018). Masalah stunting ini juga dialami oleh sebagian besar anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, prevalensi stunting masih tergolong tinggi, mencapai 30,8% (Budiastutik & Rahfiludin, 2019), yang menjadi hambatan besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Hal ini menjadi dilema besar karena jika anak-anak, yang seharusnya menjadi penerus bangsa, menderita stunting, maka target Indonesia Emas, yang menginginkan Indonesia yang produktif dan sehat, akan sulit tercapai.

Faktor Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, yang perlu dikendalikan dan diminimalisir untuk mencegah terjadinya stunting. Beberapa faktor utama penyebab stunting di Indonesia antara lain:

  1. Asupan Gizi yang Tidak Memadai
    Gizi yang buruk pada ibu hamil dan anak usia dini dapat mengganggu perkembangan anak, menghambat pertumbuhannya, dan meningkatkan risiko penyakit. Gizi yang baik penting untuk meningkatkan kesehatan bayi, ibu hamil, serta mengurangi risiko penyakit tidak menular dan meningkatkan daya tahan tubuh (Vaivada et al., 2020).

  2. Penyakit Infeksi
    Penyakit infeksi, terutama diare, menjadi faktor yang berkontribusi besar terhadap stunting. Penelitian menunjukkan bahwa semakin sering seorang anak mengalami diare, semakin tinggi risikonya untuk mengalami stunting (Manggala & Kenwa, 2018).

  3. Sanitasi dan Lingkungan yang Buruk
    Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan gangguan pencernaan, yang mengalihkan energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan tubuh, menjadi energi untuk melawan infeksi.

  4. Pola Asuh yang Tidak Tepat
    Pola asuh yang buruk, terutama dalam hal pemberian makanan yang bergizi, sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Kementerian Kesehatan RI (2016) merekomendasikan pemberian makanan yang kaya akan energi dan gizi, seperti beras, umbi-umbian, dan protein hewani.

  5. Faktor Ekonomi
    Kondisi ekonomi yang rendah memengaruhi kemampuan keluarga untuk membeli makanan bergizi yang diperlukan anak-anak mereka. Ketidakmampuan untuk membeli makanan bergizi yang cukup menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting di Indonesia (Mary, 2018).

  6. Faktor Pendidikan
    Tingkat pendidikan orang tua, terutama ibu, juga memainkan peran penting dalam pencegahan stunting. Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang gizi dan cara merawat anak dengan benar (Hagos et al., 2017).

Prevalensi Stunting di Indonesia
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4% (Kemenkes, 2021). Angka ini menunjukkan bahwa masalah gizi pada anak-anak di Indonesia masih sangat urgent dan memerlukan perhatian segera. Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi stunting sebagai masalah kesehatan yang harus segera ditangani, dengan intervensi gizi sebagai langkah prioritas.

Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Stunting
Pemerintah Indonesia melalui berbagai program telah berusaha untuk menurunkan angka stunting. Salah satu langkah utama dalam upaya penanggulangan stunting adalah melalui program intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

  1. Intervensi Gizi Spesifik
    Intervensi gizi spesifik bertujuan untuk meningkatkan gizi anak selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil, inisiasi menyusui dini (IMD), hingga pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk anak usia lebih dari 6 bulan. Program ini menekankan pentingnya peran ibu hamil dan ibu menyusui dalam pencegahan stunting.

  2. Intervensi Gizi Sensitif
    Intervensi gizi sensitif melibatkan sektor-sektor di luar kesehatan, seperti penyediaan sanitasi yang layak, pendidikan pengasuhan orang tua, dan pendidikan gizi masyarakat. Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pola hidup sehat yang dapat mencegah stunting (TNP2K RI, 2017).

Peran Masyarakat dan Stakeholders
Meskipun pemerintah memiliki peran besar dalam penanggulangan stunting, partisipasi masyarakat dan dukungan dari berbagai stakeholder, seperti keluarga, masyarakat, dan sektor swasta, juga sangat penting. Pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat yang harus mematuhi dan mendukung kebijakan yang ada. Dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan sektor lain, diharapkan Indonesia dapat mencapai target Zero Stunting dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Kesimpulan
Stunting merupakan masalah kesehatan yang sangat mempengaruhi masa depan generasi Indonesia. Oleh karena itu, pencegahan stunting harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan nasional. Dengan penanggulangan stunting yang efektif, Indonesia dapat mewujudkan generasi penerus yang sehat, produktif, dan siap menghadapi tantangan global. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk mengatasi stunting demi tercapainya Indonesia Emas 2045.


DAFTAR PUSTAKA

  • Budiastutik, & Rahfiludin. (2019). Faktor Risiko Stunting pada Anak di Negara Berkembang. Amerta Nutr., 122-129.
  • Kemenkes. (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh, dan Sanitasi. Kemenkes RI.
  • Manggala, A.K., & Kenwa, K.W.M. (2018). Risk factors of stunting in children aged 24-59 months. Paediatrica Indonesiana.
  • Mary, S. (2018). How much does economic growth contribute to child stunting reductions? Economies.
  • TNP2K RI. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
  • United Nations Children’s Fund; World Health Organization. (2004). Low Birthweight: Country, Regional and Global Estimates. UNICEF.
  • Vaivada, T., et al. (2022). Stunting in Childhood: An Overview of Global Burden, Trends, Determinants, and Drivers of Decline. American Journal of Clinical Nutrition.
  • World Health Organization. (2010). Country Profile Indicators Interpretation Guide.
  • World Health Organization. (2018). Levels and Trends in Child Malnutrition.