Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Margamulya melalui Kegiatan Edukasi dan Simulasi

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Margamulya melalui Kegiatan Edukasi dan Simulasi
Oleh: Hayatul Maspupah, Program Studi Sarjana 1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya

Pendahuluan
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak memadai dalam jangka waktu cukup lama, yang mengakibatkan pertumbuhan fisik yang terhambat. Stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan dan baru terlihat pada anak yang berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Kondisi ini tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik, tetapi juga dapat meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit dan mengancam perkembangan kognitif, yang berdampak pada tingkat kecerdasan serta produktivitas anak di masa dewasanya.

Stunting berkaitan dengan banyak faktor penyebab, antara lain asupan gizi ibu dan anak, status kesehatan balita, ketahanan pangan, lingkungan sosial dan kesehatan, kondisi pemukiman, serta kemiskinan (UNICEF, 2013; WHO, 2013). Untuk menanggulangi stunting, upaya yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat penting, dan salah satu tempat yang dapat menjadi pusat intervensi adalah Posyandu.

Posyandu, sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, memiliki peran strategis dalam penanganan masalah kesehatan, termasuk stunting. Namun, karena kader posyandu berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial budaya yang beragam, pengetahuan dan keterampilan mereka perlu terus diperbarui agar dapat lebih efektif dalam melaksanakan tugas mereka.

Tujuan Kegiatan
Pada tanggal 20 Juni 2023, diadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan anak dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatan ini melibatkan 5 kader posyandu yang berasal dari Kampung Margamulya, Desa Cikunir, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah edukasi dan simulasi, dengan fokus pada pelatihan keterampilan antropometri yang benar bagi kader.

Materi Kegiatan
Kegiatan dimulai dengan penjelasan mengenai tugas dan fungsi kader posyandu. Posyandu memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui lima meja layanan, yaitu:

  1. Pendaftaran
  2. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
  3. Pencatatan
  4. Penyuluhan gizi dan kesehatan
  5. Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi, dan pemberian oralit.

Selain itu, kader posyandu juga berperan mengingatkan masyarakat tentang jadwal posyandu, menghimbau ibu hamil dan orang tua balita untuk datang memantau status gizi dan kesehatan anak. Apabila ditemukan balita dengan masalah gizi, termasuk stunting, kader akan melaporkan kepada bidan desa dan merujuk ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.

Pelatihan Keterampilan Antropometri
Setelah edukasi mengenai tugas dan fungsi kader posyandu, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan keterampilan antropometri. Sebelum pelatihan, kader diberikan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal mereka. Pelatihan keterampilan ini meliputi cara penggunaan alat pengukur di Posyandu, seperti:

  1. Timbangan digital dan analog
  2. Timbangan dacin
  3. Microtoise (alat ukur tinggi badan)
  4. Infantometer (alat ukur tinggi badan bayi atau balita yang belum bisa berdiri)
  5. Alat ukur lingkar lengan (LILA).

Pelatihan dilakukan secara bertahap, dengan setiap kader diberi kesempatan untuk mempraktikkan penggunaan alat dan memahami cara pengukuran yang benar sesuai standar. Setelah pelatihan selesai, kader diberi post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan mereka setelah mengikuti pelatihan.

Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan kader setelah mengikuti kegiatan edukasi dan simulasi. Berikut adalah temuan dari pre-test dan post-test:

  1. Peningkatan Pengetahuan:
    Sebelum kegiatan, rata-rata skor pengetahuan kader mengenai tugas, fungsi, dan pemantauan tumbuh kembang anak cukup rendah. Namun, setelah pelatihan, skor rata-rata meningkat signifikan, menunjukkan bahwa kader menjadi lebih memahami tugas mereka dan cara pengukuran yang benar.
  2. Peningkatan Keterampilan:
    Selain peningkatan pengetahuan, keterampilan praktis kader juga mengalami peningkatan. Kader kini lebih mampu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dengan akurat dan percaya diri. Mereka juga menunjukkan keterampilan yang lebih baik dalam memberikan pelayanan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Saran untuk Kegiatan Selanjutnya
Berdasarkan hasil kegiatan ini, berikut adalah beberapa saran untuk meningkatkan efektivitas pelatihan kader di masa depan:

  1. Penyuluhan Berkelanjutan:
    Untuk memastikan pengetahuan dan keterampilan kader tetap terjaga, perlu ada program penyuluhan dan pelatihan yang berkelanjutan, baik dalam bentuk pertemuan rutin atau pelatihan online menggunakan platform seperti Zoom.
  2. Pemantauan Pasca-Kegiatan:
    Diperlukan pemantauan secara berkala terhadap implementasi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh kader di lapangan, sehingga perbaikan dapat dilakukan jika ada kendala atau kekurangan.
  3. Peningkatan Sarana dan Prasarana:
    Untuk mendukung kegiatan Posyandu, perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana yang memadai, seperti alat ukur yang lebih akurat dan fasilitas lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan.

Kesimpulan
Kegiatan edukasi dan simulasi yang dilaksanakan di Posyandu Margamulya berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan tugas mereka. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, terlihat adanya peningkatan yang signifikan, baik dalam hal pengetahuan tentang fungsi dan tugas kader, maupun keterampilan praktis dalam pelaksanaan Posyandu. Untuk mempertahankan dan memperkuat hasil ini, kegiatan serupa perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Dengan demikian, kader Posyandu Margamulya dapat terus memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat, serta lebih efektif dalam mendeteksi dini stunting dan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencegahnya.

Referensi