PENTINGNYA PERAN CALON PENGANTIN DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN STUNTING
Oleh: Dina Novita, Program Studi Sarjana 1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya
Pendahuluan
Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari standar untuk usianya, yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang dialami dalam jangka waktu panjang. Kekurangan gizi ini bisa terjadi sejak masa janin dalam kandungan dan berlanjut hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak. Penyebab stunting antara lain adalah kekurangan asupan vitamin dan mineral, keterbatasan keragaman makanan, serta sumber protein hewani. Selain itu, kualitas pola asuh dan cara pemberian makan yang tidak tepat juga dapat menjadi faktor penyebab stunting pada anak.
Ibu yang kekurangan nutrisi pada masa remaja, bahkan saat hamil dan menyusui, akan sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap status gizi ibu, baik sebelum maupun selama kehamilan.
Persentase stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 21,6% berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Meskipun ada penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 24,4%, namun target penurunan stunting ke angka 14% pada tahun 2024 masih memerlukan upaya yang lebih besar. Stunting dapat terjadi bahkan sebelum kelahiran, dan dapat terdeteksi melalui angka kejadian stunting berdasarkan kelompok usia, seperti data SSGI 2022 yang mencatatkan bahwa 18,5% bayi lahir dengan panjang badan kurang dari 48 cm. Data ini memperlihatkan betapa pentingnya asupan gizi yang cukup bagi ibu sejak masa kehamilan.
Peran Penting Calon Pengantin dalam Pencegahan Stunting
Salah satu fokus utama pemerintah adalah mencegah stunting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal anak-anak Indonesia, mencakup kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang dibutuhkan untuk belajar dan bersaing di tingkat internasional. Pencegahan stunting harus dimulai dari hulu, yakni sebelum kelahiran. Orang tua, khususnya calon pengantin, memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa anak mereka lahir sehat dan terhindar dari risiko stunting.
Untuk itu, para calon pengantin perlu melakukan langkah-langkah pencegahan sejak sebelum menikah. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan calon pengantin untuk mencegah stunting sejak pra-nikah:
Langkah-Langkah Pencegahan Stunting Sejak Pra-Nikah
-
Periksa Status Gizi
Sebelum menikah, calon ibu perlu memastikan status gizinya. Gizi yang kurang pada calon ibu dapat berdampak langsung pada perkembangan janin. Kekurangan gizi sebelum menikah bisa berisiko menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), yang dapat meningkatkan risiko stunting. -
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Calon pengantin wanita sebaiknya melakukan pengukuran LILA untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronik (KEK) atau kekurangan gizi jangka panjang. Selain itu, pengukuran IMT juga penting untuk memastikan berat badan ideal dan status gizi yang sehat. -
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) dalam Darah
Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berkaitan erat dengan kondisi anemia. Jika hasil pengukuran LILA, IMT, atau kadar hemoglobin tidak sesuai dengan standar kesehatan, calon pengantin wanita disarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk memperbaiki status gizinya. -
Jaga Kesehatan Alat Reproduksi
Menjaga kesehatan fisik, termasuk kesehatan alat reproduksi, adalah hal penting sebelum memulai kehidupan pernikahan. Selain itu, calon pengantin juga harus menjaga diri dari penyakit menular seksual dan memeriksakan diri untuk mendeteksi kelainan genetik yang bisa memengaruhi kesehatan anak di masa depan. -
Jalankan Gaya Hidup Sehat
Salah satu langkah penting dalam mencegah stunting adalah menjalani gaya hidup sehat sebelum menikah. Calon pengantin perlu menjaga pola makan yang seimbang dan mengonsumsi makanan bergizi. Selain itu, penting untuk berolahraga secara teratur dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok. Dengan saling mendukung, pasangan calon pengantin dapat menjalani gaya hidup sehat bersama. -
Rencanakan Kehamilan dengan Baik
Rencana kehamilan yang matang juga sangat penting untuk mencegah stunting. Idealnya, usia kehamilan pertama adalah antara 21 hingga 35 tahun. Para calon pengantin perlu berdiskusi untuk merencanakan kehamilan dengan baik, yang bisa dilakukan dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Ada berbagai metode kontrasepsi yang bisa dipilih, baik jangka pendek seperti pil KB, kondom, dan suntik, maupun jangka panjang seperti implan atau IUD. Metode kontrasepsi permanen seperti vasektomi dan tubektomi juga bisa dipertimbangkan.
Kesimpulan
Stunting adalah masalah serius yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pencegahan stunting harus dimulai sejak pra-nikah dengan memperhatikan status gizi, kesehatan reproduksi, dan gaya hidup sehat. Calon pengantin memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa mereka siap secara fisik dan mental untuk memiliki anak yang sehat. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita bisa membantu menurunkan angka stunting di Indonesia dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Daftar Pustaka
- World Health Organization (WHO). Definisi Stunting. https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell. Diakses pada 09:30.
- Kemenkes. Definisi Stunting. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/stunting. Diakses pada 09:50.
- SiberStunting (2022). Pencegahan Stunting pada Calon Pengantin. http://infostunting.wonogirikab.go.id/berita/read/pencegahan-stunting-pada-calon-pengantin. Diakses pada 09:45.